Selasa, 13 Oktober 2020

Day 13: Favourite Book

“Jangan Beri Aku Narkoba”, oleh Alberthiene Endah.


“Anjir cheesy banget”. Tetapi, kata-kata pertama itu bener-bener bakal bikin lu menyesal udah mengatakan itu.

Cover Buku "Jangan Beri Aku Narkoba"

Bercerita tentang Arimbi, gadis SMA dari keluarga terpandang. Bapaknya punya jabatan bagus di kepolisian. Hidupnya serba ada, banyak pembantu, supir, mobil, you name it. Tapi Bapak ini orangnya sangat abusive dan toxic. Sangat sering main tangan ke Arimbi dan Ibu. Ibunya selalu memaafkan sang Bapak, dIkarenakan setiap Bapak marah dan main tangan, Bapak selalu membelikan berbagai perhiasan emas untuk Ibu sebagai wujud permintaan maaf, dan Ibu akan dengan sangat mudah untuk memaafkan Bapak.


Arimbi yang selalu merasa terkekang, hidupnya terlalu diatur-bahkan hanya untuk urusan urutan apa yang harus dimakan ketika sedang makan-mulai mencari pelarian. Awalnya merokok, lalu bertemu teman sekolahnya yang ternyata adalah bandar, dan mulai mencoba berbagai macam “barang” yang dijual. Bahkan Arimbi akhirnya juga memiliki “barang” favoritnya dia.


Barang-barang miliknya dijual satu per satu. Sepatu, jam, perhiasan, lenyap dari kamarnya ditukar dengan beberapa pil “surga” tersebut. Ada saatnya ia telah kehabisan barang untuk dijual, lalu ia sendiri pun menjadi kurir untuk temannya tersebut, demi mendapat barang gratis pada awalnya.


Cerita Arimbi menjadi pecandu ini lah yang menurut gue menjadi nilai jual buku ini. Dengan pembawaan yang sangat mengalir oleh sang penulis, bikin gue dengan cepat menyelesaikan buku ini. Momen ketika dia menyadari bahwa dirinya lesbian, masuk panti rehabilitasi, kabur dari panti, kakinya tertembak polisi, dan lain sebagainya.


Menurut gue, Arimbi adalah gambaran bagaimana seseorang yang lama tertekan akhirnya mendapatkan kebebasan menurut versinya. Dia akan berusaha meraih kebebasan tersebut tanpa memikirkan apapun resikonya, apapun yang mengancamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar